i'm lina
Kamis, 19 Maret 2015
IPO Bank Muamalat 2015
Proses Initial Public Offering (IPO) Bank Muamalat
Bank Muamalat kembali menunda kesiapannya untuk melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia (BEI). Padahal, sebelumnya bank syariah pertama ini telah menargetkan untuk bisa listing perdana pada awal tahun ini dari target yang ditentukan sejak 2013. Direktur Keuangan dan Operasional Bank Muamalat, Hendiarto mengungkapkan, ditundanya IPO pada tahun ini lantaran perseroan sudah memiliki cukup modal hingga dua tahun mendatang. Bank Syariah terkemuka di Indonesia, PT Bank Muamalat Tbk menunda rencana penawaran umum saham perdana alias initial public offering (IPO). Penundaan tersebut dilakukan karena kondisi pasar saham yang terus menurun akhir-akhir ini.
Pada tahun 2013, Bank Muamalat sebelumnya telah menunjuk Credit Suisse dan Deutsche Bank sebagai penasihat dalam IPO yang bisa meraup perolehan dana sebesar lebih dari US$ 177 juta ini. Perseroan sebelumnya sudah menggelar roadshow untuk menjaring investor. Bank Muamalat menawarkan IPO di kisaran Rp 625- 975 per saham. Perseroan akan melakukan secondary public offering melalui Penawaran Umum Pemegang Saham dengan melepas 407.090.795 lembar saham lama seri B dengan nominal Rp 100.
Harga perdana saham dikisaran Rp625-Rp975 per saham, ini ditetapkan PBV 1,3-1,7x, ini dibawah rata-raya industri, dana yang akan diperoleh dari IPO diperkirakan mencapai Rp2,2 triliun sampai dengan Rp2,4 triliun. Dana ini kedepannya untuk dipergunakan Bank Muamalat dalam ekspansi pembiayaan.
Perseroan menunjuk PT Bahana Securities dan PT CIMB Securities Indonesia sebagai penjamin pelaksana emisi efek dalam Secondary Public Offering ini. Masa penawaran awal dimulai pada 5 Juni dan berakhir pada 17 Juni 2013. Perkiraan tanggal efektif adalah 25 Juni 2013, sementara perkiraan masa penawaran pada 27 Juni, 28 Juni dan 1 Juli 2013.
Perkiraan tanggal penentuan daftar pemegang saham yang berhak didahulukan dalam penjatahan adalah 26 Juni. Sedangkan perkiraan tanggal penjatahan adalah 3 Juli 2013. Perseroan menjadwalkan tanggal distribusi saham secara elektronik oleh KSEI, tanggal pengembalian uang pemesanan, dan tanggal pencatatan di Bursa Efek Indonesia ketiganya pada 5 Juli 2013.
Namun hingga tahun 2014 Direktur Keuangan dan Operasional Bank Muamalat Indonesia, Hendiarto “IPO tersebut hanya akan mengikuti perkembangan bisnis yang akan meningkat”. Bank Muamalat akan merespon IPO lagi ketika terjadi pertumbuhan ekonomi yang memungkinkan itu bisa dilakukan. Direktur Keuangan dan Operasional Bank Muamalat Indonesia menjelaskan tidak akan melakukan IPO pada tahun ini. Sebab pihaknya masih memiliki permodalan yang cukup kuat untuk melakukan ekspansi bisnis. IPO tahun 2014 pun ini belum dilakukan karena memang telah ada setoran modal pemegang saham Rp1,35 triiun.
Hendriarto mengatakan posisi permodalan atau CAR sekitar 17%. Dengan kondisi CAR tersebut akan mampu bertahan selama dua tahun mendatang. CAR 17 persen relatif cukup dengan natural bisnis. Bahkan Bank syariah yang pertama kali beroperasi ini memiliki keyakinan akan bisa melampui Buku II. Pada 2015 Bank Muamalat memiliki modal inti Rp5 triliun dan bisa masuk buku III.
Direktur Keuangan dan Operasional Bank Muamalat akan menunda IPO sampai tahun 2016. Karena sampai 2016 ke depan Bank Muamalat masih bisa membiayai. Direktur Keuangan dan Operasional Bank Muamalat mengatakan, tertundanya IPO dikarenakan beberapa hal. Salah satunya kondisi market yang belum stabil dan tekanan atas nilai tukar rupiah akibat keluarnya dana asing. Sehingga, perusahaan menunda aksi korporasi tersebut.
Sebelumnya, Presiden Direktur Bank Muamalat Indonesia Arviyan Arifin mengatakan, masuknya bank syariah ke bursa saham menandai bahwa perbankan syariah telah memasuki era GCG yang lebih baik. Menurutnya, apabila saham Bank Muamalat Indonesia dicatatkan di BEI, maka perseroan akan lebih mudah mengakses permodalan, serta mendorong transparansi dalam pengelolaan keuangan. Apalagi secara umum para investor memiliki pandangan positif atas fundamental dan prospek usaha perseroan.Arviyan mengatakan, ditundanya listing pada tahun ini dikarenakan pihaknya telah memiliki rencana korporasi melalui kapital market untuk menambah permodalan. Peluang berkembangnya bank syariah di Indonesia terbuka lebar, mengingat pangsa pasar perbankan syariah nasional masih dikisaran 5 persen. Ini yang menjadi alasan pemegang saham untuk mengembangkan Bank Muamalat, salah satu langkah yang diambil dengan menambah permodalan.
Kinerja keuangan Bank Muamalat hingga akhir 2013 masih sejalan dengan rencana IPO perusahaan. Hendiarto menyebutkan, pada 2013 ekuitas tumbuh 74,58 persen (year-on-year) menjadi Rp4,3 triliun, didorong rights issue pada Desember 2013 sebesar Rp1,35 triliun, dan penambahan laba bersih 2013 sebesar Rp476 miliar.
Saat ini CAR (rasio kecukupan modal) kami sudah 17,27 persen. Awal 2015 modal inti kami akan melampaui Rp5 triliun. Kami masih butuh persiapan untuk melantai di pasar modal," katanya.
Pada tahun 2014, Bank Muamalat menyiapkan belanja modal (capex) untuk melanjutkan pembangun gedung 22 lantai sebagai kantor pusat di Kuningan, Jakarta Selatan, senilai US$78 juta (nilai kontrak). Sedangkan capex untuk pengembangan teknologi informasi (IT) sebesar Rp30 miliar.
Dengan demikian, Bank Muamalat memutuskan untuk kembali menunda rencana IPO yang sebelumnya bakal diwujudkan tahun 2014. Jika ekonomi tumbuh baik, Bank Muamalat akan merespons secara proporsional. Dua atau tiga tahun ke depan Bank Muamalat akan melanjutkan proses IPO yang tertunda. Direktur Keuangan dan Operasional Bank Muamalat mengatakan bahwa tahun 2016 atau 2017 Bank Muamalat akan melakukan IPO.
Nilai Saham
BAB I
PENDAHULUAN
Saham merupakan aset finansial yang dapat dijadikan investasi. Penilaian saham dilakukan utk menentukan apakah saham yg akan dibeli atau dijual akan memberikan tingkat return yang sesuai dengan return yang diharapkan. Disini akan dibahas beberapa nilai yang berhubungan dengan saham diantaranya yaitu, nilai buku (book value), nilai pasar (market value), dan nilai intrinsik (intrinsic value). Nilai buku merupakan nilai saham menurut pembukuan perusahaan emiten. Nilai pasar merupakan nilai saham di pasar saham. Nilai intrinsic adalah nilai sebenarnya dari saham.
Ketiga konsep ini merupakan hal yang perlu dan berguna, karena dapat digunakan untuk mengetahui saham – saham mana yang bertumbuh (growth) dan yang murah (undervalued). Dengan mengetahui nilai buku dan nilai pasar, pertumbuhan perusahaan dapat diketahui. Pertumbuhan perusahaan menunjukkan Investment Opportunity Set (IOS) atau kesempatan investasi di masa mendatang. Perusahaan yang bertumbuh mempunyai rasio lebih besar dari nilai satu yang berarti pasar percaya bahwa nilai pasar perusahaan tersebut atau lebih besar dari nilai bukunya.
Mengetahui nilai pasar dan nilai intrinsik dapat digunakan untuk mengetahui saham – saham mana yang murah, tepat nilainya atau yang mahal. Nilai intrinsik merupakan nilai sebenarnya dari nilai perusahaan. Nilai pasar yang lebih kecil dari nilai intrinsiknya menunjukkan bahwa saham tersebut dijual dengan harga yang murah (undervalued), karena investor membayar saham tersebut lebih kecil dari yang seharusnyadia bayar. Sebaliknya nilai pasar yang lebih besar dari nilai intrinsiknya menunjukkan bahwa saham tersebut dijual dengan harga yang mahal (overvalued).
BAB II
PEMBAHASAN
NILAI BUKU DAN NILAI-NILAI LAIN YANG BERHUBUNGAN
Untuk menghitung nilai buku suatu saham, perlu diketahui beberapa nilai yang berhubungan, antara lain :
Nilai nominal
Nilai nominal (par value) dari suatu saham merupakan nilai kewajiban yang ditetapkan untuk tiap – tiap lembar saham. Kepentingan dari nilai nominal adalah untuk kaitannya dengan hukum. Nilai nominal ini merupakan modal per lembar yang secara hokum harus ditahan di perusahaan untuk proteksi kepada kreditor yang tidak dapat diambil oleh pemegang saham (Kieso and Weygandt). Untuk saham yang tidak mempunyai nilai nominal, dewan direksi umumnya menetapkan nilai sendiri (stated value) per lembarnya. Jika tidak ada nilai yang ditetapkan, maka yang dianggap sebagai modal secara hokum adalah semua penerimaan bersih yang diterima oleh emiten pada waktu mengeluarkan saham bersangkutan.
Agio saham
Agio saham (additional paid-in capital atau in excess of par value) merupakan selisih yang dibayar oleh pemegang saham kepada perusahaan dengan nilai nominal sahamnya. Misalnya nilai nominal saham biasa per lembar adalah Rp 5.000,- dan saham ini dijual sebesar Rp 8.000,- per lembar, maka ágio saham per lembar adalah Rp 3.000,-. Agio saham ditampilkan di neraca dalam nilai totalnya yaitu agio per lembar dikalikan dengan jumlah lembar yang dijual.
Nilai modal disetor
Nilai modal disetor (paid in capital) merupakan total yang dibayar oleh pemegang saham kepada perusahaan emiten untuk ditukarkan dengan saham preferen atau dengan saham biasa. Nilai modal disetor merupakan penjumlahan total nilai nominal ditambah dengan ágio saham. Jika perusahaan mengeluarkan dua kelas saham, yaitu saham preferen dan saham biasa, saham preferen disajikan terlebih dahulu diikuti oleh saham biasa di neraca untuk menunjukkan urutan hak nya.
Laba ditahan
Laba ditahan (retained earnings) merupakan laba yang tidak dibagikan kepada pemegang saham. Laba yang tidak dibagi ini diinvestasikan kembali keperusahaan sebagai sumber dana internal. Laba ditahan dalam penyajiannya di neraca menambah total laba yang disetor. Karena laba ditahan ini milik pemegang saham yang berupa keuntungan tidak dibagikan, maka nilai ini juga akan menambah ekuitas pemilik saham di neraca.
Nilai buku
Nilai buku (book value) per lembar saham menunjukkan aktiva bersih (net assets) yang dimiliki oleh pemegang saham dengan memiliki satu lembar saham. Karena aktiva bersih adalah sama dengan total ekuitas pemegang saham, maka nilai buku per lembar saham adalah total ekuitas dibagi dengan jumlah saham yang beredar :
Nilai buku per lembar saham : Total ekuitas dibagi jumlah saham beredar
Jika perusahaan mempunyai dua maçam kelas saham, yaitu saham preferen dan saham biasa, maka perhitungan nilai buku per lembar untuk masing-masing kelas saham ini lebih rumit dibandingkan jika hanya mempunyai saham biasa saja. Perhitungan nilai buku per lembar saham adalah sebagai berikut.
Hitung nilai ekuitas saham preferen
Nilai ekuitas dihitung dengan mengalikan nilai tebus (call price) ditambah dengan dividen yang di arrears dengan lembar saham preferen yang beredar. Jika nilai tebus tidak digunakan, maka nilai nominal yang digunakan. Di dalam perhitungan ini, agio saham untuk saham preferen tidak dimasukkan, karena pemegang saham preferen tidak mempunyai hak untuk agio ini walaupun berasal dari saham preferen, sehingga nilai agio ini dimasukkan sebagai tambahan nilai ekuitas saham biasa.
Hitung nilai ekuitas saham biasa
Nilai ekuitas saham biasa dihitung dengan mengurangi nilai total ekuitas dengan nilai ekuitas saham preferen.
Nilai buku saham biasa dihitung dengan membagi nilai ekuitas saham biasa dengan jumlah lembar saham biasa yang beredar.
NILAI PASAR
Nilai pasar atau market value adalah nilai yang dibentuk oleh permintaan dan penawaran saham dipasar modal. Nilai pasar berbeda dengan nilai buku. Jika nilai buku merupakan nilai yang dicatat pada saat saham dijual oleh perusahaan, maka nilai pasar adalah harga saham yang terjadi di pasar bursa pada saat tertentu yang ditentukan oleh pelaku pasar. Nilai pasar tidak lagi dipengaruhi oleh emiten atau pihak pinjaman emisi sehingga boleh jadi harga inilah yang sebenarnya mewakili nilai suatu perusahaan.
NILAI INTRINSIK
Nilai intrinsik adalah nilai saham yang menentukan harga wajar suatu saham agar saham tersebut mencerminkan nilai saham yang sebenarnya sehingga tidak terlalu mahal. Perhitungan nilai intrinsik ini adalah mencari nilai sekarang dari semua aliran kas dimasa mendatang baik yang berasal dari dividen maupun capital gain.
Dua maçam analisis yang banyak digunakan untuk menentukan nilai sebenarnya dari saham adalah analisis sekuritas fundamental (fundamental security analysis) atau analisis perusahaan (company analysis) dan analisis teknis (technical analysis). Analisis fundamental menggunakan data fundamental, yaitu data yang berasal dari keuangan perusahaan, seperti : laba, dividen yang dibayar, penjualan, dan lain sebagainya. Analisis teknis menggunakan data pasar dari saham, seperti : harga dan volume transaksi saham, untuk menentukan nilai dari saham. Analisis teknis banyak digunakan oleh praktisi dalam menentukan harga sahan, sedangkan analisis fundamental banyak digunakan oleh akademisi.
Analisis Fundamental
Analisis ini menghitung nilai intrinsik dari suatu saham dengan menggunakan data keungan perusahaan. Dalam analisis fundamental ada dua pendekatan untuk menghitung nilai intrinsik saham, yaitu : pendekatan dengan nilai sekarang (present value approach) dan pendekatan PER (P/E ratio approach).
Pendekatan Nilai Sekarang
Pendekatan nilai sekarang juga disebut dengan metode kapitalisasi laba (capitalization of income method) karena melibatkan proses kapitalisasi nilai – nilai masa depan yang didiskontokan menjadi nilai sekarang. Komponen dalam penentuan nilai saham dengan pendekatan nilai sekarang adalah aliran kas. Nilai perusahaan dapat ditentukan dengan mendiskontokan nilai – nilai arus kas (cash flow) di masa depan menjadi nilai sekarang.
Arus kas merupakan komponen di dalam penentuan nilai perusahaan. Arus kas merupakan kas yang diterima oleh perusahan emiten. Laba perusahaan (earnings) juga dapat digunakan untuk menghitung nilai perusahaan sebagai alternatif dari arus kas. Earning yang diperoleh oleh perusahaan dapat ditahan sebagai sumber dana internal (retained earning) atau dibagikan dalam bentuk dividen. Arus dividen dapat dianggap sebagai arus kas yang diterima oleh investor. Dengan alasan bahwa dividen merupakan satu – satunya arus pendapatan yang diterima oleh investor, model diskonto dividen dapat digunakan sebagai pengganti model diskonto arus kas untuk menghitung nilai intrinsik saham.
Model diskonto dividen (dividend discount model) – Perhitungan harga saham sekarang yang menyatakan bahwa nilai saham sama dengan present value dari semua dividen yang diharapkan di terima di masa yang akan datang.
Po=D1/(1+k)^1 + D2/(1+k)^2 + …+ D∞/((1+k)∞)
Beberapa perusahaan membayar dividen dengan besarnya yang tidak teratur dan beberapa perusahaan yang lain membayar dividen yang nilainya konstan dari waktu ke waktu (disebut juga dengan dividen tidak bertumbuh atau pertumbuhan nol) dan beberapa perusahaan yang lainnya bahkan membayar dividen yang selalu naik dengan tingkat pertumbuhan yang konstan.
Pembayaran dividen tidak teratur
Ada beberapa perusahaan membayar dividen dengan tidak teratur, yaitu dividen tiap – tiap periode tidak mempunyai pola yang jelas, bahkan untuk periode – periode tertentu tidak membayar dividen sama sekali, seperti saat dalam periode masa rugi atau dalam periode kesulitan likuidasi.
Dividen bertumbuh secara Konstan (Constant Growth Model)
Dividen tumbuh sesuai dengan tingkat pertumbuhan perusahaan. Model ini mengasumsikan bahwa dividen tumbuh pada suatu tingkat tertentu (g) / konstan. Model ini cocok untuk perusahaan yang mature dengan pertumbuhan yang stabil. Model ini disebut Gordon model ini sesuai dengan nama penemunya Myron J Gordon.
Rumus Dividen Bertumbuh Konstan :
Po = Do (1+g)/Ks-g
P0 = Harga Saham
D0 = Nilai dividen terakhir
g = Tingkat pertumbuhan perusahaan
Ks = Tingkat keuntungan yang disyaratkan pada saham tersebut.
Harga Jual Akhir
Tidak semua investor menyukai dividend dan akan memegang saham selamanya. Selain keuntungan berupa dividen, pemilik saham juga mendapat keuntungan berupa capital gain, yaitu keuntungan penjualan saham akibat selisih dari harga jual dengan harga beli saham. Berarti selain arus kas masuk selain dividen, juga harga jual akhir saham yg dapat dimasukkan ke dalam model diskonto dividen. Dengan demikian nilai intrinsik saham pd saat dijual :
Pendekatan PER
Alternatif selain menggunakan arus kas atau arus dividen dalam menghitung nilai fundamental atau nilai insterinsik saham adalah dengan menggunakan nilai laba perusahaan (earnings). Salah satu pendekatan yang populer yang menggunakan earnings untuk mengestimasi nilai intrinsik saham dapat juga menggunakan pendekatan PER (Price Earning Ratio). Price Earnings Ratio (PER) menunjukkan rasio dari harga saham terhadap earnings. Rasio ini menunjukkan berapa besar investor menilai harga dari saham terhadap kelipatan dari earnings. Misal PER adalah 5, maka ini menunjukkan bahwa harga saham merupakan kelipatan dari 5 kali earnings perusahaan.
BAB III
PENUTUP
Saham merupakan aset finansial yang dapat dijadikan investasi
Penilaian saham dilakukan utk menentukan apakah saham yg akan dibeli atau dijual akan memberikan tingkat return yang sesuai dengan return yang diharapkan.
Nilai saham dibedakan menjadi:
nilai buku,
nilai pasar, dan
nilai instrinsik.
Menghitung nilai intrinsic menggunakan dua analisis, yaitu :
Analisis fundamental
Analisis teknikal
Ada dua pendekatan dalam analisi fundamental, yaitu :
Present value approach (capitalization of income method)
Price earning ratio approach.
Kamis, 17 Maret 2011
dia??
buat aku percaya sa'at kau bawa hatiku untukmu,sumur hdupku kan slalu ttap stia kpdamu....agar tak ada pnyesalan hidup dmsa dpan nanti,sungguh aku btuh itu buat aku prcaya!!
pergi cinta by audy
Terlambatku menyusuri jalan ini
Tersesat di saat kau menjauh
Terlambatku mengartikan cintamu
Kusadari setelah kau pergi
Berat hati menerima kehilanganmu
Tegarkan aku saat kau memilih dirinya
Pergi cinta lupakanlah aku cinta
Ku relakan akan dia.. ada dipelukmu
Pergi cinta.. hapus bayanganku.. cinta
bBahagiakan dia.. cinta
Sampai akhir waktu
Engkau bersamanya
Terlambatku memenangkan hatimu
Setelah kau menyerah padaku
Ku tak tau sampai kini kau berlalu
Tersadari dirimu selalu di hatiku
Berat hati menerima kekalahanku
Tegarkan aku kini kau menjadi miliknya
Pergi cinta lupakanlah aku cinta
Ku relakan akan dia.. ada dipelukmu
Pergi cinta.. hapus bayanganku.. cinta
bBahagiakan dia.. cinta
Sampai akhir waktu
Engkau bersamanya
Tersesat di saat kau menjauh
Terlambatku mengartikan cintamu
Kusadari setelah kau pergi
Berat hati menerima kehilanganmu
Tegarkan aku saat kau memilih dirinya
Pergi cinta lupakanlah aku cinta
Ku relakan akan dia.. ada dipelukmu
Pergi cinta.. hapus bayanganku.. cinta
bBahagiakan dia.. cinta
Sampai akhir waktu
Engkau bersamanya
Terlambatku memenangkan hatimu
Setelah kau menyerah padaku
Ku tak tau sampai kini kau berlalu
Tersadari dirimu selalu di hatiku
Berat hati menerima kekalahanku
Tegarkan aku kini kau menjadi miliknya
Pergi cinta lupakanlah aku cinta
Ku relakan akan dia.. ada dipelukmu
Pergi cinta.. hapus bayanganku.. cinta
bBahagiakan dia.. cinta
Sampai akhir waktu
Engkau bersamanya
Kamis, 03 Maret 2011
the tormend
Can you see the times grows older
She blew my dreams away
It's all done, and now is over
I don't know how to say to you
You waste my tears now
No more torment
But don't just say you've gone away
You tell a fuckin' tale
(Swallow wings and spit me out)
How do I get trought of this?
(I can't stand it anymore)
Can, you, see, me...
Smiling when I sing this song
Right, now...
I just want to be alive
You know I was dying when you told me
(That I'm not yours anymore)
You know I was dying when you told me
(You're just playing and fooling around with me)
When the time she comes and wakes me
(She comes and wakes me)
And when she bit my lips and kissed me there
And when she holds my hand and lives my life tonight
(Live tonight)
When she said that she really loves me
Were the worst fucking days
She blew my dreams away
It's all done, and now is over
I don't know how to say to you
You waste my tears now
No more torment
But don't just say you've gone away
You tell a fuckin' tale
(Swallow wings and spit me out)
How do I get trought of this?
(I can't stand it anymore)
Can, you, see, me...
Smiling when I sing this song
Right, now...
I just want to be alive
You know I was dying when you told me
(That I'm not yours anymore)
You know I was dying when you told me
(You're just playing and fooling around with me)
When the time she comes and wakes me
(She comes and wakes me)
And when she bit my lips and kissed me there
And when she holds my hand and lives my life tonight
(Live tonight)
When she said that she really loves me
Were the worst fucking days
Minggu, 27 Februari 2011
teks disscusion
1. Ciri Umum:
(a) Tujuan Komunikatif Teks:
Mengetengahkan suatu masalah (isu) yang ditinjau paling tidak dari 2 (dua) sudut pandang, sebelum sampai pada suatu kesimpulan atau rekomendasi.
(b) Struktur Teks:
· Isu;(statement of issue and Preview)
· Pendapat yang mendukung:
- Gagasan Pokok 1,
- Elaborasi (uraian),
- Gagasan Pokok 2,
- Elaborasi (uraian).
· Pendapat yang menentang:(Statement of various viewpoints)
- Gagasan Pokok,
- Elaborasi (uraian),
· Kesimpulan.(conclusion or recomendation)
(c) Ciri Kebahasaan:
Menggunakan:
· general nouns untuk menyatakan kategori, misalnya uniforms, alcohol, dsb,
· relating verbs untuk memberi informasi tentang isu yang didiskusikan, misalnya smoking is harmful, dsb.
· thinking verbs untuk mengungkapkan pandangan pribadi penulis, misalnya feel, believe, hope, dsb.
· additives, contrastives dan causal connectives untuk menghubungkan argumen, misalnya similarly, on the hand, however, dsb.
· detailed noun groups untuk memberikan informasi secara padu, misalnya the dumping of unwanted kittens, dsb.
· modalities, seperti perhaps, must, should, should have been, could be, dsb.
· adverbials of maner, misalnya deliberately, hopefully, dsb.
2. Contoh dan Struktur Teks:
Homework
Isu
Pendapat yang mendukung
Pendapat yang menentang
I have been wondering if homework is necessary.
I think we should have homework because it helps us to learn and revise our work.
Homework helps people who aren’t very smart to remember what they have learned. Homework is really good because it helps with our education.
But, many times, doing homework is not a great idea. I think we shouldn’t have homework because I like to go out after school to a restaurant or the movies. Sometimes homework is boring and not important.
I think homework is bad because I like to play and discuss things with my family.
(a) Tujuan Komunikatif Teks:
Mengetengahkan suatu masalah (isu) yang ditinjau paling tidak dari 2 (dua) sudut pandang, sebelum sampai pada suatu kesimpulan atau rekomendasi.
(b) Struktur Teks:
· Isu;(statement of issue and Preview)
· Pendapat yang mendukung:
- Gagasan Pokok 1,
- Elaborasi (uraian),
- Gagasan Pokok 2,
- Elaborasi (uraian).
· Pendapat yang menentang:(Statement of various viewpoints)
- Gagasan Pokok,
- Elaborasi (uraian),
· Kesimpulan.(conclusion or recomendation)
(c) Ciri Kebahasaan:
Menggunakan:
· general nouns untuk menyatakan kategori, misalnya uniforms, alcohol, dsb,
· relating verbs untuk memberi informasi tentang isu yang didiskusikan, misalnya smoking is harmful, dsb.
· thinking verbs untuk mengungkapkan pandangan pribadi penulis, misalnya feel, believe, hope, dsb.
· additives, contrastives dan causal connectives untuk menghubungkan argumen, misalnya similarly, on the hand, however, dsb.
· detailed noun groups untuk memberikan informasi secara padu, misalnya the dumping of unwanted kittens, dsb.
· modalities, seperti perhaps, must, should, should have been, could be, dsb.
· adverbials of maner, misalnya deliberately, hopefully, dsb.
2. Contoh dan Struktur Teks:
Homework
Isu
Pendapat yang mendukung
Pendapat yang menentang
I have been wondering if homework is necessary.
I think we should have homework because it helps us to learn and revise our work.
Homework helps people who aren’t very smart to remember what they have learned. Homework is really good because it helps with our education.
But, many times, doing homework is not a great idea. I think we shouldn’t have homework because I like to go out after school to a restaurant or the movies. Sometimes homework is boring and not important.
I think homework is bad because I like to play and discuss things with my family.
teks review
We Americans hold something of an enchanted view of Eastern Philosophy. Buddhist Monks turn up regularly in our films to dispense just the right advice at just the right time to the hero, and we sell calendars every year full of Buddhist sayings like “see the truth, and you will see me”. We don’t stop and think about how terrible the plumbing might be in a monastery, or how awful it might be to refuse to swat the mosquitoes infecting you with dysentery because they might be your mother incarnate. For us, Stephen Schettini’s memoir, “The Novice”, is an injection of pure unbridled truth that forces us to see rather than simply suggesting it.
Stephen Schettini grew up Catholic and, disenchanted with the blind structuralism of his native religion, left to become an ordained Buddhist monk and taught in Switzerland for eight years. “The Novice”, is a remarkable tale of religious extremes, and how Schettini left both respectfully, to achieve a wisdom of his very own. The dichotomy that’s created between Catholicism and Buddhism is part of what makes this book so engaging. Schettini manages to remain respectful to both even while admitting his own disengagement as a childhood student of a strict Catholic school, and in turn as an adult teacher of Buddhism. His prolific sincerity pushes the narrative forward with intelligent humor and insight, and the steady stream keeps you afloat from beginning to end. A remarkable feat given the sensitivity of its subject.
Ultimately, Schettini’s book is more about Schettini himself than either of the religions that he addresses, and that might just be what makes it so agreeable. Rather than agreeing or disagreeing with him, you’re more apt to take from “The Novice” exactly what you bring to it. If you are unshakable in your Christian faith you’ll see Schettini’s incredible journey as that of a lost and wandering soul. The book would agree with that. However, if you’re agnostic or atheist, then “The Novice” will second that as well. Schettini leaves the book on somewhat of an ambiguous note, with his leaving the monastery for good, uncertain of what he is to do next. This reinforces the notion that each individual’s spiritual future is in their own hands, and that as much as man might try, there are no strict rules in matters of faith.
“The Novice” is an enlightening and enthralling read that towers as high as any religious text in its counter stance of uncertainty. Schettini reminds us that “faith, belief and devotion are means to an end” rather than “ends in themselves”. Even its title suggests the futility of ever really knowing the answers that organized religion feigns to solve. His book puts so poignantly what could take a lifetime to disco
Stephen Schettini grew up Catholic and, disenchanted with the blind structuralism of his native religion, left to become an ordained Buddhist monk and taught in Switzerland for eight years. “The Novice”, is a remarkable tale of religious extremes, and how Schettini left both respectfully, to achieve a wisdom of his very own. The dichotomy that’s created between Catholicism and Buddhism is part of what makes this book so engaging. Schettini manages to remain respectful to both even while admitting his own disengagement as a childhood student of a strict Catholic school, and in turn as an adult teacher of Buddhism. His prolific sincerity pushes the narrative forward with intelligent humor and insight, and the steady stream keeps you afloat from beginning to end. A remarkable feat given the sensitivity of its subject.
Ultimately, Schettini’s book is more about Schettini himself than either of the religions that he addresses, and that might just be what makes it so agreeable. Rather than agreeing or disagreeing with him, you’re more apt to take from “The Novice” exactly what you bring to it. If you are unshakable in your Christian faith you’ll see Schettini’s incredible journey as that of a lost and wandering soul. The book would agree with that. However, if you’re agnostic or atheist, then “The Novice” will second that as well. Schettini leaves the book on somewhat of an ambiguous note, with his leaving the monastery for good, uncertain of what he is to do next. This reinforces the notion that each individual’s spiritual future is in their own hands, and that as much as man might try, there are no strict rules in matters of faith.
“The Novice” is an enlightening and enthralling read that towers as high as any religious text in its counter stance of uncertainty. Schettini reminds us that “faith, belief and devotion are means to an end” rather than “ends in themselves”. Even its title suggests the futility of ever really knowing the answers that organized religion feigns to solve. His book puts so poignantly what could take a lifetime to disco
Langganan:
Postingan (Atom)