Kamis, 19 Maret 2015
IPO Bank Muamalat 2015
Proses Initial Public Offering (IPO) Bank Muamalat
Bank Muamalat kembali menunda kesiapannya untuk melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia (BEI). Padahal, sebelumnya bank syariah pertama ini telah menargetkan untuk bisa listing perdana pada awal tahun ini dari target yang ditentukan sejak 2013. Direktur Keuangan dan Operasional Bank Muamalat, Hendiarto mengungkapkan, ditundanya IPO pada tahun ini lantaran perseroan sudah memiliki cukup modal hingga dua tahun mendatang. Bank Syariah terkemuka di Indonesia, PT Bank Muamalat Tbk menunda rencana penawaran umum saham perdana alias initial public offering (IPO). Penundaan tersebut dilakukan karena kondisi pasar saham yang terus menurun akhir-akhir ini.
Pada tahun 2013, Bank Muamalat sebelumnya telah menunjuk Credit Suisse dan Deutsche Bank sebagai penasihat dalam IPO yang bisa meraup perolehan dana sebesar lebih dari US$ 177 juta ini. Perseroan sebelumnya sudah menggelar roadshow untuk menjaring investor. Bank Muamalat menawarkan IPO di kisaran Rp 625- 975 per saham. Perseroan akan melakukan secondary public offering melalui Penawaran Umum Pemegang Saham dengan melepas 407.090.795 lembar saham lama seri B dengan nominal Rp 100.
Harga perdana saham dikisaran Rp625-Rp975 per saham, ini ditetapkan PBV 1,3-1,7x, ini dibawah rata-raya industri, dana yang akan diperoleh dari IPO diperkirakan mencapai Rp2,2 triliun sampai dengan Rp2,4 triliun. Dana ini kedepannya untuk dipergunakan Bank Muamalat dalam ekspansi pembiayaan.
Perseroan menunjuk PT Bahana Securities dan PT CIMB Securities Indonesia sebagai penjamin pelaksana emisi efek dalam Secondary Public Offering ini. Masa penawaran awal dimulai pada 5 Juni dan berakhir pada 17 Juni 2013. Perkiraan tanggal efektif adalah 25 Juni 2013, sementara perkiraan masa penawaran pada 27 Juni, 28 Juni dan 1 Juli 2013.
Perkiraan tanggal penentuan daftar pemegang saham yang berhak didahulukan dalam penjatahan adalah 26 Juni. Sedangkan perkiraan tanggal penjatahan adalah 3 Juli 2013. Perseroan menjadwalkan tanggal distribusi saham secara elektronik oleh KSEI, tanggal pengembalian uang pemesanan, dan tanggal pencatatan di Bursa Efek Indonesia ketiganya pada 5 Juli 2013.
Namun hingga tahun 2014 Direktur Keuangan dan Operasional Bank Muamalat Indonesia, Hendiarto “IPO tersebut hanya akan mengikuti perkembangan bisnis yang akan meningkat”. Bank Muamalat akan merespon IPO lagi ketika terjadi pertumbuhan ekonomi yang memungkinkan itu bisa dilakukan. Direktur Keuangan dan Operasional Bank Muamalat Indonesia menjelaskan tidak akan melakukan IPO pada tahun ini. Sebab pihaknya masih memiliki permodalan yang cukup kuat untuk melakukan ekspansi bisnis. IPO tahun 2014 pun ini belum dilakukan karena memang telah ada setoran modal pemegang saham Rp1,35 triiun.
Hendriarto mengatakan posisi permodalan atau CAR sekitar 17%. Dengan kondisi CAR tersebut akan mampu bertahan selama dua tahun mendatang. CAR 17 persen relatif cukup dengan natural bisnis. Bahkan Bank syariah yang pertama kali beroperasi ini memiliki keyakinan akan bisa melampui Buku II. Pada 2015 Bank Muamalat memiliki modal inti Rp5 triliun dan bisa masuk buku III.
Direktur Keuangan dan Operasional Bank Muamalat akan menunda IPO sampai tahun 2016. Karena sampai 2016 ke depan Bank Muamalat masih bisa membiayai. Direktur Keuangan dan Operasional Bank Muamalat mengatakan, tertundanya IPO dikarenakan beberapa hal. Salah satunya kondisi market yang belum stabil dan tekanan atas nilai tukar rupiah akibat keluarnya dana asing. Sehingga, perusahaan menunda aksi korporasi tersebut.
Sebelumnya, Presiden Direktur Bank Muamalat Indonesia Arviyan Arifin mengatakan, masuknya bank syariah ke bursa saham menandai bahwa perbankan syariah telah memasuki era GCG yang lebih baik. Menurutnya, apabila saham Bank Muamalat Indonesia dicatatkan di BEI, maka perseroan akan lebih mudah mengakses permodalan, serta mendorong transparansi dalam pengelolaan keuangan. Apalagi secara umum para investor memiliki pandangan positif atas fundamental dan prospek usaha perseroan.Arviyan mengatakan, ditundanya listing pada tahun ini dikarenakan pihaknya telah memiliki rencana korporasi melalui kapital market untuk menambah permodalan. Peluang berkembangnya bank syariah di Indonesia terbuka lebar, mengingat pangsa pasar perbankan syariah nasional masih dikisaran 5 persen. Ini yang menjadi alasan pemegang saham untuk mengembangkan Bank Muamalat, salah satu langkah yang diambil dengan menambah permodalan.
Kinerja keuangan Bank Muamalat hingga akhir 2013 masih sejalan dengan rencana IPO perusahaan. Hendiarto menyebutkan, pada 2013 ekuitas tumbuh 74,58 persen (year-on-year) menjadi Rp4,3 triliun, didorong rights issue pada Desember 2013 sebesar Rp1,35 triliun, dan penambahan laba bersih 2013 sebesar Rp476 miliar.
Saat ini CAR (rasio kecukupan modal) kami sudah 17,27 persen. Awal 2015 modal inti kami akan melampaui Rp5 triliun. Kami masih butuh persiapan untuk melantai di pasar modal," katanya.
Pada tahun 2014, Bank Muamalat menyiapkan belanja modal (capex) untuk melanjutkan pembangun gedung 22 lantai sebagai kantor pusat di Kuningan, Jakarta Selatan, senilai US$78 juta (nilai kontrak). Sedangkan capex untuk pengembangan teknologi informasi (IT) sebesar Rp30 miliar.
Dengan demikian, Bank Muamalat memutuskan untuk kembali menunda rencana IPO yang sebelumnya bakal diwujudkan tahun 2014. Jika ekonomi tumbuh baik, Bank Muamalat akan merespons secara proporsional. Dua atau tiga tahun ke depan Bank Muamalat akan melanjutkan proses IPO yang tertunda. Direktur Keuangan dan Operasional Bank Muamalat mengatakan bahwa tahun 2016 atau 2017 Bank Muamalat akan melakukan IPO.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar